2/4/13

Arti Sebuah Keluarga (PART 4)

Malam telah tiba. Semua sudah tidur kecuali Ve dan Stella. Stella tidak tidur karena ia sedang menulis sesuatu di buku diary nya, sedangkan Ve tidak tidur karena ia harus menyelesaikan tugas desain baju untuk lomba fashion design hari senin. Meskipun besuk masih hari minggu, tapi Ve tidak mau menundanya karena hari minggu adalah hari keluarga itu untuk bersama.
“Stell, kamu kenapa belum tidur? Nulis apaan kamu?” Tanya Ve.
“Nggak papa kok, lagi iseng aja aku nulis sesuatu yang nggak penting. Aku belum ngantuk.” Ucap Stella.
“Eh Stell, bisa bantu aku nggak kerjain desain baju ini? Selera fashion kamu kan juga bagus. Aku agak bingung nih sampai sini.” Pinta Ve sambil menunjukkan gambarnya.



“Nggak bisa. Males aku, aku ngantuk mau tidur aja.” Tolak Stella.
Ve pun sabar melihat kelakuan saudaranya itu. Tidak lama setelah Stella tidur, Ve pun juga ikut tidur untuk menyambut hari yang baru esok.
    Ayah dan Bunda masuk ke kamar untuk berbicara kepada Stella..
“Stella, Ayah kandung kamu sudah datang menjemputmu. Kamu pulang bersamanya mala mini nak..” ucap Bunda sedikit sedih.
“Jadi hari ini hari terakhir Stella disini ya Bun? Baiklah, Stella akan pulang bersama Ayah kandung Stella. Stella juga penasaran seperti apa wajah Ayah kandung Stella..” ucap Stella sambil tersenyum namun menangis.
“Ayo kita keluar dulu, bereskan semua barang kamu nak..” perintah Ayah.
Ayah, Bunda, dan Stella keluar kamar dan menemui Ayah kandung Stella. Betapa terkejutnya Ayah kandung Stella setelah melihat anaknya tumbuh dewasa dan sangat cantik. Begitu juga Stella, ia terkejut melihat Ayah kandungnya yang wajahnya ternyata cukup mirip dengannya.
“Stella.. Ayo kita pulang nak.” Ajak Ayah kandung Stella.
“Ayah? Kenapa Ayah nggak ngerawat Stella dari kecil dan justru meminta orang lain untuk merawat Stella? Kenapa Yah?” Tanya Stella sambil memeluk erat Ayah kandungnya itu.
“Dirumah kita nanti, Ayah akan menjelaskan semuanya nak. Sekarang kita pulang ke rumah dulu. Bunda kamu juga sudah menunggu kamu dirumah..” ucap Ayah sambil mengelus rambut Stella.
“Sebentar Yah, ada yang mau Stella lakuin dulu dikamar. Sebentar yaa, lima belas menit aja kok.” Pinta Stella.
Stella pun masuk ke kamar. Ayah, Bunda, dan Ayah kandungnya bingung apa yang mau dilakukan oleh Stella. Mereka menunggu Stella sambil mengobrol di ruang tamu.
Stella pun akhirnya turun dari kamarnya menuju ruang tamu.
“Lama ya? Maaf ya Yah, karena ini penting..” ucap Stella.
“Nggak papa kok nak, sekarang ayo kita pulang. Pamitlah dulu kepada Ayah dan Bunda kamu disini. Ucapkan terima kasih pada mereka..” perintah Ayah.
“Ayah, Bunda, Stella pamit pulang yaa. Hari ini, Stella pindah rumah dari sini, tapi Stella nggak pindah jauh. Mungkin Stella meninggalkan keluarga disini, tapi dihati Stella, keluarga disini adalah keluarga Stella yang sebenarnya. Stella janji akan sering main kesini untuk ketemu Ayah dan Bunda.. Oiya Bunda, Stella ninggalin buku harian di loker meja Stella. Tolong Bunda sampaikan ke Melody yaa, suruh ia baca semua yang ada disitu, begitu juga saudara Stella lainnya. Disitu ada alasan kenapa selama ini Stella bertingkah buruk sama mereka. Makasih ya Bunda, Ayah, Stella pulang dulu..” pamit Stella lalu memeluk erat Ayah dan Bunda..
Stella dan Ayah kandungnya keluar, didampingi oleh Ayah dan Bunda tirinya. Mereka naik ke mobil dan segera pulang.
“Jaga dirimu nak, ingat selalu keluargamu disini. Jangan lupakan Ayah, Bunda, dan saudaramu disini. Kami disini selalu menganggap Stella sebagai keluarga nyata disini.” Ucap Ayah sedih.
“Iya Yah. Ayah dan Bunda juga baik-baik yaa sampai nanti Stella main kesini lagi. Jaga saudara Stella disini Yah, Bun. Makasih Yah, Bunda..” ucap Stella menangis ketika mobil berjalan pelan dan diiringi lambaian tangannya kepada Ayah dan Bunda tirinya itu.
“Jaga dirimu nak..” ucap Bunda.
Ayah dan Bunda tiri Stella juga melambaikan tangan kepada Stella.
“Ayah, rasanya belum lama anak itu bersama kita disini. Tapi sekarang ia sudah besar dan pergi dari sini. Bunda jadi sangat sedih..” ucap Bunda sedih.
“Iya Bun, seperti baru kemarin. Tapi kita harus bangga, karena bagaimanapun kita yang merawat Stella sampai seperti itu. Disetiap pertemuan pasti akan diikuti dengan sebuah perpisahan, mungkin itu yang terjadi.” Kata Ayah memeluk Bunda..
Setalah mobil yang dinaiki Stella sudah jauh dari pandangan Ayah dan Bunda, mereka masuk ke rumah dan bersiap untuk tidur. Karena hari masih sangat larut, dan waktu masih menunjukkan pukul setengah satu pagi, mereka kembali tidur. Ayah dan Bunda tidur dengan perasaan sedikit sedih karena Stella telah pergi dari mereka. Meskipun tidak selamanya dan Stella masih bisa bertemu mereka, tapi rasa kehilangan sebagai orang tua tetap ada. Itulah keluarga.
(*)
Sementara itu, Stella yang sudah sampai dirumah barunya dikejutkan dengan adanya Bunda dan seorang anak perempuan yang tidak lain adalah adik kandungnya. Stella lantas memeluk Bundanya dengan erat, setelah hampir tujuh belas tahun ia tidak bersamanya.
“Kakak Stella..” ucap adik kandungnya dengan sangat tiba-tiba sambil memeluk Stella.
Stella kaget, tapi ia membalas pelukan hangat adiknya itu. Ayah dan Bunda kandungnya senang melihat itu. Adiknya bisa menerima Stella dengan lapang dada walaupun ini pertama kalinya mereka bertemu.
“Siapa nama kamu dik? Kamu adik aku kan?” Tanya Stella.
“Namaku Sonia Natalia kak. Aku kesepian kak disini sendirian setiap hari, kakak nggak ada disini. Lama banget aku nungguin kakak pulang kesini..” jawab Sonia.
“Hehe, Sonia yaa. Nama yang lucu. Sekarang kakak ada disini dan bisa nemenin kamu tiap hari. Nanti kakak juga akan perkenalkan saudara kakak yang ada disana yang udah lama sama kakak. Kamu pasti suka karena mereka baik-baik. Ada juga yang namanya Nabilah, dia yang paling kecil, masih SD. Kakak rasa kamu akan cocok main sama dia. Kamu sekarang kelas berapa?” Tanya Stella.
“Udah, semua masuk dulu aja. Ngobrolin itu dikamar kalian, ini sudah malem. Ayo masuk..” perintah Bunda mereka.
Mereka semua akhirnya masuk, Ayah dan Bunda mereka masuk ke kamar dan tidur. Sedangkan Stella dan Soni masih mengobrol untuk mempererat persaudaraan baru mereka.
“Aku kelas satu SMP kak. Kakak kelas berapa?” Tanya Sonia.
“Aku kelas dua SMA. Oiya, kakak punya photo-photo keluarga kakak disana, kamu mau lihat? Bentar yaa, kakak ambilin..” ucap Stella.
Stella turun dari kasurnya dan mengambil ambil photo dari dalam tasnya. Ia menunjukan satu per satu siapa yang ada di photo itu, termasuk Ayah dan Bundanya disana. Hal itu kembali mengingatkannya pada mereka semua, dan Stella kembali sedih. Tapi ia bahagia karena keluarganya disini juga sangat perhatian dan baik padanya. Sonia memandangi satu-satu keluarga kakaknya dan bertanya-tanya pada Stella.
“Apa kamu sudah membaca diary ku Mel? Apa kalian sudah tahu yang sebenarnya? Maafkan aku..” batin Stella.
“Udah yuk dik, kita tidur dulu. Udah pagi banget nih, besuk bangun kesiangan lagi..” ajak Stella pada Sonia.
Mereka pun akhirnya tidur. Stella tidur sambil memeluk erat album photo miliknya itu. Hal itu menunjukkan bahwa Stella tidak melupakan sedikit pun keluarganya yang dulu. Photo album itu mengantarkan tidurnya menuju sebuah mimpi dimana ia ada bersama aureliana bersaudara lainnya.
(*)
Pagi telah tiba. Melody selalu bangun paling awal dibanding saudara lainnya. Ia terkejut karena Stella sudah tidak ada dikasurnya. Ia tambah terkejut setelah melihat kalau almari pakaian milik Stella sudah kosong. Melody akhirnya turun kamar dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Ayah, Bunda, Stella kemana? Kok dikamar nggak ada? Barang-barangnya juga udah nggak ada semua. Apa yang sebenernya terjadi?” Tanya Melody dengan kejutnya.
“Lebih baik kamu baca surat ini Mel. Stella menitipkan ini semalam. Kamu akan tahu setelah membaca yang ditulis Stella..” ucap Bunda.

Mel, aku tahu kamu akan jadi orang yang pertama baca ini. Tapi maafin aku. Seharusnya aku bilang ke kamu dari awal tentang semua ini. Aku bukan saudara kandung kamu. Awalnya aku juga sedih tahu semua itu, tapi aku coba untuk tetep kuat. Kamu juga harus seperti itu Mel. Maafin juga akhir-akhir ini aku bertingkah buruk sama kalian semua, tapi itu semua nggak tanpa sebab. Aku ngelakuin itu agar aku bisa ngurangin rasa sayang aku ke kalian karena aku akan pergi, tapi aku salah. Semakin aku jahat sama kalian, aku justru semakin sayang sama kalian. Maafin aku Mel. Untuk tahu yang sebenernya, kamu bisa baca buku diary aku diloker meja aku. Ajak juga saudara kita lainnya dengerin itu. Aku nggak mau semua salah paham. Aku sayang kalian, jangan lupain aku.

Stella Cornelia

“Kenapa Ayah dan Bunda nggak bilang semua ini dari awal?” Tanya Melody sambil menangis.
“Maafin Ayah dan Bunda. Ayah dan Bunda nggak mau kalian sedih karena tahu itu walaupun akhirnya kalian juga akan tahu..” ucap Ayah.
“Lebih baik kamu lihat apa yang ingin dijelaskan Stella lewat buku diary nya..” perintah Bunda.
Melody akhirnya naik lagi ke kamar dan membangunkan saudara lainnya. Ia memberitahukan yang sebenarnya pada saudara-saudaranya. Mereka semua terkejut mendengar semua itu. Melody lalu mengambil buku diary Stella diloker meja Stella.
“Disini, kita semua bisa tahu yang sebenernya..” ucap Melody.
Ia lalu membuka buku diary milik Stella. Mereka semua langsung menangis setelah melihat bahwa di buku diary Stella telah ditempelkan photo-photo yang tidak asing bagi mereka. Buku dilembaran pertama adalah gambar lumpia khas semarang yang kemarin mereka makan setelah pulang dari bukit. Dibawah photo itu terdapat tulisan tangan Stella.

“Ini adalah lumpia khas semarang kesukaanku. Aku dan Bunda buat ini agar setelah kalian dari bukit, kalian bisa menikmati ini. Aku juga sudah simpan sendiri kok punyaku. Karena sudah lama juga aku tidak makan ini. Aku harap kalian suka. Maafkan aku ya semua =)”

Mereka semua langsung menangis melihat itu. Mereka tidak menyangka kalau Stella lah yang susah payah membuat itu.
Melody lalu ingat kenapa saat ia masuk kamar untuk menawarkan Stella lumpia, Stella kaget dan membersihkan mulutnya. Ternyata saat itu Stella sedang memakan lumpianya.

Lembar kedua dibuka Melody. Ini sangat mengejutkan karena photonya adalah photo gaun merah milik Sonya.

“Ini gaun merah yang aku pilihkan untuk Sonya. Saat itu Bunda bingung apa yang disukai Sonya, dan aku memilihkan ini. Sonya, waktu itu aku bilang padamu kalau dengan gaun apapun, kamu nggak berbeda. Maksudku sebenarnya adalah kamu memang tidak beda dengan gaun apapun, karena kamu selalu cantik untuk aku. Maafin aku =)”

Setelah mengetahui kalau itulah maksud sebenarnya dari Stella, Sonya langsung sangat terharu. Lembar ke tiga dibuka. Dilembar ini ada photo pernikahan yang dihadiri oleh mereka sekeluarga tanpa Stella.

“Ini photo pernikahan kemarin. Kalian keliahatan agak sedih ya? Kenapa? Apa karena aku nggak  ada? Aku kemarin juga dateng kok, cuman kalian nggak tahu. Kemarin aku bilang aku nggak dateng karena ada urusan yang lebih penting, inilah maksudnya. Maafin aku =)”


Mereka semua kaget dan terharu melihat photo mereka ada disana satu per satu. Kembali lembar ke empat dibuka Melody. Dilembar ke empat ini ada photo tas dan handuk milik Ochi.

“Ini tas dan handuk Ochi yang aku temukan didekat wastafel kamar mandi setelah Ochi jadi juara lomba renang. Aku menaruhnya didepan kamar mandimu. Maafkan aku Ochi, saat itu aku datang ke lombamu, hanya aku tidak duduk dibangku penonton. Tapi aku tetap mendukungmu dari jauh =)”


Ochi pun ingat hal itu, dan ternyata kakaknya Stella yang telah membantunya saat itu. Lembar ke lima dibuka, dan ada photo sekolah SMA Melody, Ve, Cleo, dan Stella.

“Ini photo sekolah SMA kita Mel. Saat kalian menungguku, aku sebenernya masih ada disekolah, hanya saja aku sembunyi. Dan saat kalian masuk kelasku, aku langsung cepat-cepat keluar dan pulang. Saat pulang sendiri pun aku menangis. Maafkan aku =)”

Mereka semua semakin menangis melihat apa yang sebenarnya terjadi. Lembar ke enam dibuka. Ada photo pensil dan desain gaun milik Ve.

“Ini desain gaun punya Ve. Aku pura-pura tidur biar Ve ikut tidur. Dan sebelum aku pergi, aku selesaikan ini dulu. Ve, kamu pintar dalam hal desain dan fashion, lomba besuk senin kamu pasti juaranya. Semangat ya! Dan maafin aku =)”

Ve tidak percaya hal itu. Ia pun melihat desainnya, dan ternyata benar kalau desain itu sudah selesai. Ia langsung duduk menangis di kasurnya sambil memandang desain itu. Lembar ke tujuh dibuka. Mereka semua melihat photo mereka saat sedang bernyanyi dan memandang langit dibukit, dilembar ini juga ada photo sebuah pohon dan sepeda Stella disampingnya.

“Ini photo waktu kalian dibukit. Enak  ya nyanyi bareng disana? Kemarin aku juga ada disana dan bernyanyi bareng kalian. Dibawah pohon itu aku sembunyi, bernyanyi sambil menangis. Tapi aku menikmati itu walau nggak didekat kalian. Maafin aku =)”

Mereka mengingat hari itu dan kembali meneteskan air mata. Bagaimana bisa mereka tidak tahu kalau ternyata Stella ada didekat mereka selama ini. Lembar ke delapan dibuka, dan ini merupakan lembar terakhir.

“Ini photo Shania,  Nabilah dan rumah kita. Ini waktu aku dan Melody menggendong kalian dulu. Waktu itu aku pikir kalian adik kandung aku, tapi walau kenyataannya lain, kalian tetep adik aku. Dan ini rumah kita semua. Dimana pertama kalinya aku mengenal dan besar bersama kalian, dimana banyak kenangan disini, dan dimana aku akan kembali saat aku sedih =)”

Setelah membaca semuanya, mereka semua merasa lega karena Stella berubah bukan tanpa alasan. Mereka tahu kalau Stella tidak akan bersifat buruk seperti itu tanpa sebab. Kini Stella pergi, dan belum tahu kapan akan kembali bersama mereka untuk menikmati arti sebuah keluarga yang sebenarnya..


~ To Be Continued ~

Nih, yang mau kenalan sama penulisnya.. =))
Twitter : Hilman Farizan

Jangan lupa, visit blog-nya juga ya di Relatable 48 :))

No comments:

Post a Comment

Ehm, sudah tahu aturan komentar yang baik dan benar kan?