2/3/13

Arti Sebuah Keluarga (PART 3)

Hari yang baru telah tiba. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti dan esok. Mentari bersinar cerah hari ini. Embun pagi menyambut hari baru bagi aureliana bersaudara. Melody, Ve, Cleo, Shania, Sonya, Ochi, dan Nabilah memulai hari baru seperti biasa. Penuh semangat, kerja keras, doa, dan senyuman. Tapi tidak untuk Stella. Ia yang menyadari bahwa waktunya bersama keluarga itu sudah hampir habis. Maka ia mulai bersikap aneh dan membingungkan saudaranya yang lain, begitu juga orang tua tirinya.

    “Ayo Stell, kita berangkat. Nanti keburu telat sekolahnya.” Ajak Melody.
    Saudara Stella yang lain juga menunggunya. Tapi Stella tidak menganggap hal itu.
    “Udah, kalian berangkat duluan aja. Aku masih ada urusan bentar.” Jawab Stella sedikit membentak.
    Melody, Ve, Cleo, Shania, Ochi, Sonya dan Nabilah kaget dengan aksen bicara Stella barusan. Itu tidak seperti Stella yang mereka kenal. Itu sangat berbeda. Mereka pun kunjung berangkat dan meninggalkan Stella.
Ditengah perjalanan..
“Kak, kak Stella kenapa sih? Kok sifatnya sekarang rada aneh gitu?” Tanya Nabilah.
“Iya nih, biasanya dia kan ramah dan baik sama kita semua. Sekarang tiba-tiba kok jadi galak banget sama kita..” tambah Sonya.
“Mungkin Stella lagi ada masalah pribadi, jadi dia kayak gitu. Nggak lama lagi dia pasti seperti biasanya lagi.” Jawab Melody sambil memikirkan sesuatu.
“Kalau memang iya, kenapa nggak cerita ke kita Mel? Kita kan pasti juga bantu. Biasanya aja kalau ada masalah pada sharing kan? Dan kita semua juga saling bantu..” Tanya Ve.
“Nggak tahu juga Ve. Aku nggak tahu..” jawab Melody lagi.
“Udah deh, nggak usah pada negative thinking gitu sama Stella. Dia pasti baik-baik aja.” Tambah Cleo.
Ochi, dan Shania hanya terdiam. Mereka masih memikirkan apa yang terjadi pada kakaknya itu. Mereka semua sangat merasakan perbedaan pada diri Stella, meskipun itu hanya seucap kata, mereka merasakannya.
(*)
Melody, Ve, Cleo, Shania, Ochi, Sonya dan Nabilah sudah sampai ke sekolahnya masing-masing. Namun Stella masih didalam perjalanan. Ia mengayunkan sepeda agak cepat agar tidak terlambat.
Sesampainya di sekolah, ia langsung masuk kelas. Tidak seperti biasanya dimana ia duduk di depan kelas dan mendengarkan music sebelum masuk ke kelas. Melody, Cleo, dan Ve, mencoba mengajak Stella berbicara.
“Kamu kenapa sih Stell? Kok sifatmu hari ini agak aneh? Nggak kayak biasanya..” Tanya Ve.
Stella hanya diam. Ia pura-pura membaca buku dan tidak mendengarkan apa yang Ve katakan.
“Kok malah diem? Jawab Stell, kamu lagi punya masalah yaa? Cerita dong ke kita, kita akan bantuin kamu..” tambah Cleo.
Melody terdiam sedih melihat kelakuan Stella yang seperti itu. Ia merasa kehilangan sosok Stella yang dulu. Melody paling dekat dengan Stella. Mereka paling lama bersama sejak kecil, menjaga adik-adik yang lain. Tapi kini Stella berubah.
“Eh, Ve, ini cerita novelnya bagus loh. Aku udah baca dua kali nggak bosen-bosen.” Ucap Stella mengalihkan pembicaraan.
“Jangan mengalihkan pembicaraan Stell, kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Apa yang terjadi ma kamu? Kamu sekarang aneh nggak kayak biasanya..” Tanya Ve lagi.
“Aneh kenapa hah? Aku emang kayak gini. Ini aku, kamu nggak berhak atur aku. Kamu punya hidupmu sendiri, dan aku juga punya hidupku sendiri. So, saling nikmatin kehidupan masing-masing ajalah, nggak usah campurin urusan orang..” jawab Stella membentak.
Ve, Cleo, dan Melody kaget. Mereka tidak menyangka akan apa yang baru saja dikatakan Stella. Apa yang sedang merasuki Stella? Pikir mereka bertiga.
Bell masuk berbunyi. Cleo, Ve, dan Melody masuk ke kelasnya masing-masing. Mereka semua memulai pelajaran seperti biasa. Yang berbeda hanyalah beban pikiran akan apa yang sedang terjadi pada Stella. Hal itu juga menyelimuti pikiran Shania, Sonya, Ochi, dan Nabilah. Sebagai seorang saudara, mereka khawatir.
Entah kenapa, hari ini terasa lebih cepat dari hari biasanya. Tidak terasa bell pulang sudah berbunyi. Seperti biasanya, aureliana bersaudara itu saling menunggu satu sama lain.
“Kak Imel, kak Stella mana? Kok belum keluar?” Tanya Ochi.
“Nggak tahu nih Chi, tadi aku ke kelasnya juga udah nggak ada.” Jawab Melody.
“Apa dia udah pulang duluan ya Mel?” Tanya Cleo.
“Ah, nggak mungkin. Orang bell kita aja bareng kok, masa dia bisa duluan dari pada kita.” Ucap Ve dengan sangat yakin.
“Mending kita masuk aja yuk, kita cari kak Stella. Siapa tahu masih ada didalam.” Ajak Shania kepada semua.
Mereka semua akhirnya masuk ke sekolah. Mereka mencari Stella diseluruh lingkungan sekolah, begitu juga ke kelasnya, tapi Stella tidak ada disana. Mereka bertanya pada penjaga sekolah, tapi penjaga sekolah bilang kalau semua murid sudah pulang hanya guru dan karyawan yang tersisa.
Akhirnya mereka semua pulang ke rumah tanpa Stella. Dan ternyata..
“Kak, kok udah pulang sih? Kita dari tadi nungguin kakak didepan sekolah, kakak nggak ada. Kita nyariin kakak ke sekolah, juga nggak ada. Ternyata udah dirumah. Kita capek kak nungguin sama nyariin kakak. Nggak tahunya kakak malah santai nonton tv dirumah.” Terang Nabilah panjang lebar.
“Iya kak, kenapa nggak nungguin kita sih? Tahu kalau kakak udah pulang kan kita nggak usah nyari dan nungguin kakak tadi..” tambah Sonya.
“Emang aku tadi minta buat ditunggu ya? Salah siapa nungguin dan nyariin aku? Aku aja nggak minta, berarti itu salah kalian sendiri kan?” jawab Stella.
“Cukup! Kamu kenapa Stell? Hari ini kamu nggak kayak biasanya, kamu berubah drastis. Kamu nggak ngehargain kita lagi sebagai saudaramu yang dari kecil sama kamu. Kamu..”
Belum selesai Melody berbicara, Stella memotong pembicaraan.
“Dulu ya dulu Mel, sekarang ya sekarang! Kalau nengok ke masa lalu terus-terusan, kita nggak akan bisa tahu masa depan. Setiap orang bisa berubah. Apa yang terjadi dulu itu bisa berbeda sama yang akan terjadi besok..” ucap Stella sambil lalu dan berjalan menuju taman..
Mendengarkan hal itu, Melody sakit hati. Saudara terdekatnya kini tidak lagi seperti dulu. Ve, Cleo, Sonya, Shania, Ochi, dan Nabilah juga merasakan hal yang sama. Mereka sedih, sangat sedih. Apa besok Stella juga akan begitu? Tidak satu pun dari mereka berani memastikan tidak.
Sudah hampir dua minggu Stella tidak seperti biasanya, tapi saudara lainnya tetap peduli padanya. Namun Stella tidak memperdulikan hal itu. Ia tetap seperti hari kemarin, mudah marah, cuek, dan tidak perhatian.
Malam telah tiba. Semua bersiap untuk menghadiri acara nikahan tetangga. Ayah, dan Bunda sudah siap. Hanya tinggal aureliana bersaudara yang belum. Melody, Ve, dan Cleo sedang berdandan di meja rias masing-masing. Shania, Ochi, dan Nabilah sedang mengenakan gaun. Sementara Sonya sedang memilih mana gaun yang akan digunakan.
“Kak Stella, aku pakai gaun ini bagus nggak?” Sonya meminta pendapat.
“Kamu pakai baju mana aja tetep sama. Mau pakai yang merah, pink, atau biru, kamu ya tetep kayak gitu. Nggak berubah..” ucap Stella yang membuat hati Sonya menjadi sedih.
“Hhehhe, gitu ya kak? Aku pakai yang merah aja deh. Soalnya baru dibeliin Bunda kemarin. Ngomong-ngomong, kakak nggak ikut?” Tanya sonya lagi.
“Nggak, ngapain. Lagian aku juga masih ada tugas yang lebih penting.” Ucap Stella cuek.
Saudara lain yang mendengar percakapan itu merasa kasihan pada Sonya. Tapi mau bagaimana lagi, itulah Stella yang sekarang.
“Kita berangkat dulu ya Stell, kamu hati-hati dirumah sendirian.” Ucap Melody.
“Hmmm.” Jawab Stella sangat singkat.
Mereka sekeluarga akhirnya berangkat ke acara nikahan itu tanpa Stella. Tempatnya tidak jauh dari rumah mereka, hanya berjarak satu rumah dari rumah mereka, karena itu mereka hanya berjalan kaki saja.
(*)
Acara selesai, mereka semua pulang ke rumah. Dirumah, Stella sudah tertidur pulas di kasurnya. Mereka lantas mencuci kaki dan tidur, begitu juga dengan Ayah dan Bunda.
Hari sabtu tiba. Semua bersiap untuk ke sekolah. Dan seperti kemarin, Stella tidak berangkat ke sekolah bersama saudaranya. Stella kini cenderung jadi pendiam kepada semua saudaranya. Tapi ia tetap dekat dengan Ayah dan Bundanya disana. Hari ini Ochi mengikuti lomba renang antar sekolah. Melody, Cleo, Ve, Sonya, Shania, dan Nabilah ikut datang.
Lomba dimulai. Lombanya adalah renang gaya bebas, siapa yang paling cepat kembali ke tempat start, dialah pemenangnya. Para peserta bersiap dan mulai loncat berenang di kolam renang. Semua peserta berenang dengan sangat cepat, termasuk Ochi. Dari tempat duduk penonton, saudara-saudaranya memberikan dukungan untuk Ochi. Ochi semakin bersemangat dan akhirnya ia memenangkan lomba itu. Saudara-saudaranya bangga padanya, begitu juga teman-teman dan guru-guru dari sekolahnya.
Ia menerima piala juara satu lomba renang itu dengan senangnya. Tapi ditengah kesenangan itu, ia membayangkan kalau dari bangku tempat duduk kakaknya Stella juga ikut mendukung. Tapi itu hanyalah asumsinya saja.
 Setelah itu, Ochi pun ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaian renangnya. Saat mandi, ia ingat bahwa ia ternyata lupa membawa handuknya. Ia sempat kebingungan, tidak mungkin jika ia berteriak meminta handuk kepada saudara-saudaranya yang sedang menunggunya karena tempatnya agak jauh. Sementara handuknya ada didekat wastafel dikamar mandi. Ochi memberanikan diri untuk keluar dari kamar mandi dan menuju ke tempat dimana tasnya berada. Tapi ketika ia membuka pintu, ia terkejut karena tasnya ternyata sudah ada didepan kamar mandinya dan handuknya sudah ada diatas tas situ.
“Siapa yang naruh ini disini ya? Terima kasih banget pokoknya buat orang yang naruh ini disini. Aku ketolong..” batin Ochi.
(*)
Mereka semua akhirnya pulang ke rumah. Mereka berencana untuk bermain ke bukit setelah makan siang dirumah. Mereka ingin menikmati udara sejuk di bukit dan bernyanyi bersama-sama disana karena sudah lama mereka tidak bermain bersama disana.
“Yuk kita berangkat!” ajak Ve.
“Eh, apa kak Stella nggak diajak juga? Siapa tahu kali ini dia mau ikut? Kan udah lama juga dia nggak kesana.” Saran Shania.
“Alah, palingan kak Stella juga nolak. Udah ayo langsung berangkat aja..” jawab Ochi.
“Iyaa yuk, langsung berangkat aja. Ntar kalau dia mau, pasti nyusul sendiri.” Tambah Cleo.
“Yaudah, kalian berangkat dulu aja. Biar aku yang ajak dia, siapa tahu mau.” Kata Melody.
“Iya kak, kita semua berangkat ya duluan ya. Janji ya kak, datang bareng kak Stella..” ucap Nabilah.
Mereka semua akhirnya berangkat. Melody masuk kamar untuk mengajak Stella ke bukit, tapi Stella tidak mau sama sekali. Bahkan ia tidak ingin kesana. Melody pun akhirnya berangkat sendirian. Janjinya pada semua saudaranya tidak bisa ditepati. Saudara-saudaranya juga sudah menduga kalau Stella tidak akan mau, maka mereka tidak menyalahkan Melody. Dibukit mereka bercanda dan menyanyikan lagu kesukaan mereka.
Bersama kita kan berdiri hadapi cobaan dan lalui semua..
Tak akan pernah ditinggalkan dirimu sendiri..
Bersama semua kesedihan yang ada..

Mereka bernyanyi sambil menangis mengingat perubahan yang terjadi pada Stella. Mereka sangat sedih, dan mereka menatap langit biru yang indah sambil mengingat masa-masa dimana mereka semua bersama tanpa ada satupun yang ditinggalkan..
Sementara itu, dirumah..
“Bunda, bantuin Stella ya? Mau kan?” pinta Stella.
“Bantu apa nak? Bunda pasti bantuin kamu.” Jawab Bunda sambil tersenyum.
“Terima kasih Bunda..” ucap Stella.
Tak lama kemudian, Melody, Ve, Cleo, Shania, Sonya, Ochi dan Nabilah pulang dari bukit. Bunda menyambut mereka sambil memberikan lumpia khas semarang yang telah dibuat. Mereka semua sangat senang dan memakannya lahap. Melody teringat pada Stella. Ia tahu kalau Stella sangat suka lumpia khas semarang, maka ia mencoba memberikannya di kamar. Saat Melody masuk, Stella kaget karena sangat tiba-tiba. Stella langsung membersihkan mulutnya.
“Kenapa Mel? Masuk kamar kok tiba-tiba banget, bikin kaget aja!” ucap Stella.
“Maaf Stell. Eh, Stell, mau lumpia nggak? Ini khas semarang loh, kamu suka kan?” ucap Melody dengan sangat ramah dan berharap Stella mau.
“Nggak ah, nggak mau aku. Aku masih kenyang. Nanti ajalah..” jawab Stella.
“Yaudah, aku simpen buat kamu nanti ya. Aku taruh di meja makan..” ucap Melody.
Stella hanya diam. Melody keluar kamar dengan perasaan yang kembali sedih. Bahkan hal yang sangat disukai oleh Stella pun kini tidak bisa membuatnya berubah pikiran. Tapi dibalik semua itu, ternyata Stella sudah menyimpan sendiri lumpia untuk dia makan. Dan apa yang ia katakan pada Melody tadi adalah kebohongan. Stella menangis dan sedih karena selama ini ia telah berlaku buruk pada saudaranya disini. Lalu apa yang selama ini dilakukan Stella juga merupakan kebohongan semata? Untuk apa Stella melakukan hal itu? Hanya Stella yang tahu.
Namun, walau begitu arti sebuah keluarga bagi Stella masih melekat disini. Semua peduli padanya walaupun ia jahat pada mereka. Semua sayang, walaupun Stella berlaku buruk pada mereka. Itulah arti sebuah keluarga bagi Stella yang sesungguhnya..


~ To Be Continued ~

Nih, yang mau kenalan sama penulisnya.. =))
Twitter : Hilman Farizan

Jangan lupa, visit blog-nya juga ya di Relatable 48 :))
 

No comments:

Post a Comment

Ehm, sudah tahu aturan komentar yang baik dan benar kan?