1/12/13

Garuda Indonesia, Kebanggaanku!




 
Di dunia transportasi, khususnya transportasi udara, Indonesia masih terbilang mumpuni. Dengan 2 maskapai besar yaitu Garuda Indonesia dari pihak BUMN dan Lion Air dari pihak swasta, kekuatan Indonesia di bidang transportasi udara masih terbilang sangat kompetitif di ASEAN. Walaupun 2 maskapai tersebut tidak bermain dalam ceruk pasar yang sama, kompetisi 2 maskapai tersebut sangat ketat. Di tulisan ini, saya akan lebih membahas tentang Garuda Indonesia, maskapai yang baru saja mendapat penghargaan “The Most Improved Airline” dari Skytrax.
Garuda Indonesia adalah salah satu perusahaan perseroan dari BUMN berbentuk perseroan terbatas (PT) yang bergerak di bidang transportasi. Modal sahamnya paling sedikit 51% dimiliki oleh pemerintah dengan tujuan menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi, berdaya saing kuat, dan mengejar keuntungan untuk meningkatkan nilai perusahaan. 
Maskapai yang terbentuk pada tanggal 26 Januari 1949 sebagai Garuda Indonesian Airways tercatat sebagai salah satu maskapai tertua di Indonesia. Bersama Merpati Nusantara, dua maskapai ini berjuang keras dalam rangka pertumbuhan dan percepatan pembangunan ekonomi nasional. Dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, mau tak mau sektor transportasi sangat berperan vital dalam menjalankan roda ekonomi.  
Garuda Indonesia baru saja mendapat gelar “The World Most Improved Airline” dan 4-star Airline” dari Skytrax, lembaga pemeringkatan maskapai penerbangan terkemuka di dunia. Gelar ini membuat Garuda Indonesia setara dengan maskapai Air France dari Prancis, Thai Airways dari Thailand, serta Turkish Airlines dari Turki. Di Asia Tenggara sendiri, Garuda hanya tertinggal dari Malaysia Airlines dari Malaysia dan Singapore Airlines dari Singapura yang sudah mendapat gelar “5-star Airline” dari Skytrax.
Di Indonesia sendiri, Garuda mempunyai market share sebanyak 26.7%, hanya kalah dari Lion Air yang masih memimpin dengan angka 40%. Tapi ini bisa dimaklumi karena Garuda lebih menyasar pada konsumen kelas menengah ke atas, sedangkan Lion Air lebih fokus kepada konsep Low Cost Carrier. Untuk pasar Low Cost Carrier sendiri, Garuda mempunyai anak perusahaan yang bernama Citilink yang menawarkan harga tiket murah.
Pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia membuat permintaan pasar atas jasa transportasi juga makin bertambah. Isu ini ditangkap oleh Garuda dengan membuat program Quantum Leap. Program ini direncanakan berjalan dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Program ini mencakup penambahan armada pesawat baru, penambahan hub untuk pemerataan penggunaan bandar udara, penggantian livery agar terlihat lebih segar, penambahan rute domestik dan internasional, hingga target penambahan jumlah penumpang hingga mencapai angka 28 juta penumpang per tahun.
Sebagai awalan, Garuda mengganti livery yang sudah dipakai selama 27 tahun dengan livery baru yang lebih segar. Dengan livery baru ini, diharapkan dunia bisa melihat semangat keramahan dan profesionalisme bangsa Indonesia. Setelah itu, Garuda juga mengganti seragam staf pramugari dan pramugara mereka. Pramugari Garuda Indonesia sekarang memakai kebaya dan kain batik bermotif lereng. Sedangkan pramugara Garuda Indonesia memakai setelan jas lengkap. Alasan penggunaan kain batik, selain untuk menegaskan brand negara Indonesia sebagai pemilik batik dan juga untuk memperlihatkan keutuhan perempuan Indonesia, ungkap Emirsyah Satar, sang Dirut.
ASUS Notebook A45VD-VX269D - Black
Selain itu, untuk mendukung percepatan roda ekonomi nasional, Garuda Indonesia mulai mengganti armada pesawatnya yang sudah uzur. Seperti Boeing 737 series dan Boeing 747 series. Sebagai gantinya, Garuda membeli 58 unit Boeing 737-800 NG, 3 unit Airbus A330-200, 24 unit Airbus A330-300, 10 unit Boeing 777-300ER, dan 18 unit Bombardier CRJ-100. Nantinya, total armada Garuda akan menjadi 116 unit pesawat yang akan disebar di rute domestik dan internasional.
Pesawat Bombardier CRJ-100 akan ditempatkan di hub Makassar, Medan, dan Denpasar untuk melayani banyak rute. Contohnya, Makassar–Singapura, rute ini akan memudahkan para konsumen di Makassar karena tidak harus transit di Jakarta dahulu. Selain itu, ada Medan – Surabaya, yang juga tidak harus melalui Jakarta dahulu. Efeknya? Garuda bisa memangkas biaya operasional dan harga tiket akan lebih murah serta bisa bersaing dengan maskapai lokal lainnya.
Sedangkan Boeing 777-300ER direncanakan untuk menambah rute internasionalnya ke wilayah Eropa. Realisasinya, semua penerbangan ke Eropa akan bisa dilakukan non-stop. Tidak seperti penerbangan Jakarta–Amsterdam sekarang yang harus transit di Abu Dhabi. Pada akhirnya, kembali Garuda Indonesia melakukan efisiensi yang tentu saja sangat menguntungkan.
Mengapa Garuda Indonesia tidak menggunakan Airbus A380 tetapi lebih memilih Boeing 777-300ER? Menurut dirut Garuda, Emirsyah Satar, Garuda Indonesia masih bisa mengandalkan Boeing 777 lebih baik daripada Airbus A380. Garuda sebenarnya bisa saja menggunakan A380, tetapi biaya operasional akan lebih besar. Selain itu, masih banyak bandara di Indonesia yang tidak layak untuk didarati oleh pesawat sekelas Airbus A380. Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka Garuda memutuskan untuk menahan keinginan untuk memboyong A380 ke Jakarta.
Seperti yang saya bahas sebelumnya, pembukaan rute Makassar–Singapura juga sangat berpeluang mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah Indonesia Timur, terlebih di bidang pariwisata. Saat ini, sektor pariwisata di Indonesia Timur sudah sangat bagus, hanya terbentur masalah akses. Dengan dibukanya rute ini, wisatawan asing tidak perlu transit di Jakarta lagi, melainkan dari Singapura bisa langsung menuju Makassar yang direncanakan akan menjadi hub Garuda Indonesia di wilayah Indonesia Timur. 
Dengan adanya penambahan rute, penambahan pesawat baru, pembukaan hub baru, tentunya Garuda Indonesia membutuhkan banyak karyawan baru. Mulai dari pilot dan ko-pilot, pramugari dan pramugara, teknisi pesawat, staf ticketing, dan lain-lain. Tentunya hal ini juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi nasional dengan pembukaan lapangan kerja. Dari sisi pendidikan, tentunya banyak sekolah atau akademi terutama yang berhubungan dengan penerbangan yang akan berlomba menerbitkan lulusan terbaiknya untuk bekerja bersama Garuda Indonesia.
Proses “Quantum Leap” ini sudah mulai terasa pengaruhnya kepada Garuda Indonesia. Terbukti dari naiknya nilai perusahaan menjadi sekitar Rp 18 triliun, hanya kalah sekitar Rp 1 triliun dari pesaing terdekatnya di Asia Tenggara, Malaysia Airlines dan Thai Airways. Selain itu, market share Garuda Indonesia meningkat dari 26.5% menjadi 27.6% di domestik, serta dari 23.2% menjadi 24% di sektor internasional. Jumlah penumpang juga meningkat dari 7.858.142 penumpang menjadi 9.617.568 penumpang. Jumlah penerbangan juga meningkat dari 61.286 kali penerbangan menjadi 72.693 kali penerbangan pada paruh pertama 2012.
Dengan demikian, Garuda Indonesia sangat berperan dalam jalannya roda ekonomi serta percepatan dan pemerataan ekonomi bangsa Indonesia. Garuda Indonesia juga menyelaraskan keuntungan dan kewajiban untuk melayani masyarakat Indonesia. Sangat jarang ada BUMN yang bisa mencetak keuntungan sekaligus memperbaiki layanan mereka kepada masyarakat Indonesia. Bravo Garuda Indonesia!
Garuda Indonesia Airbus A330
ACER Aspire E1-471G [NX.M1SSN.001] - Black

2 comments:

  1. GARUDA INDONESIA bukan skedar perusahaan jasa semata tetapi GARUDA INDONESIA adalah sejarah bangsa ini dari GARUDA INDONESIA pula negara ini dipandang dunia sudah satu hal mutlak untuk peningkatan kualitas baik pra terbang sampai pasca terbang yang bertujuan menumbuhkan rasa percaya nyaman dan amam kepada consument menggunakan GARUDA INDONESIA kompetisi yg ketat menuntut GARUDA INDONESIA untuk lebih jauh melangkah dalam pengembangan program GARUDA INDONESIA tetapi hal ini tentunya harus diikuti sarana prasarana yg jg harus ada peningkatan dan inilah tugas pemerintah untuk peningkatan kualitas bandarany

    DARI SANG GARUDALAH NEGARA INI DIPANDANG DUNIA
    DI GARUDALAH INDONESIA DIBAWA TERBANG

    BRAVO GARUDA INDONESIA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah membaca, Pak. :)) Benar sekali, untuk urusan infrastruktur Indonesia masih sangat tertinggal, bahkan dari Malaysia sekalipun. Saya harap Angkasa Pura bisa lebih memperhatikan bandara lainnya, tidak hanya Soetta yang terus dipercantik. :)

      Delete

Ehm, sudah tahu aturan komentar yang baik dan benar kan?