TransJakarta |
Berawal dari
kegagalan mendapatkan tiket pertunjukan JKT48, akhirnya hari ini saya
memutuskan untuk berkeliling menggunakan TransJakarta dahulu sebelum pulang ke
rumah. Perjalanan diawali dari halte Gelora Bung Karno yang terletak berdekatan
dengan f(X) Lifestyle Xnter, tempat teater JKT48 berada. Setelah membayar
seharga Rp. 3.500,-, saya mendapatkan secarik kertas yang berfungsi sebagai
tiket. Hal ini cukup disayangkan, mengapa? Karena disana sebenarnya, sudah
terpasang mesin ticketing otomatis,
namun saat saya menanyakan hal ini kepada petugas, mereka bilang mesin itu
sudah tidak bisa dipakai lagi. Itu berarti, saya tidak bisa memakai kartu
JakCard saya. Apabila mesin itu berfungsi, sebenarnya banyak manfaat yang bisa
didapat. Salah satunya, saya bisa membeli tiket tanpa melalui antrean di loket
tiket. Karena, tinggal menempelkan JakCard di mesin tersebut, mesin tersebut
akan langsung mengurangi saldo di JakCard saya. Hemat waktu dan sangat efisien
dari sisi lingkungan.
Setelah
membeli tiket, saya memasuki halte dan menunggu bus di tempat yang sudah
disediakan. Di monitor, terlihat JET 036 sedang mendekati halte dari arah Blok
M. Tetapi, saya urung untuk menaiki bus tersebut karena di belakangnya sudah
terlihat DAMRI 5050. Ya, bus gandeng inilah yang saya incar. Bus ini adalah
salah satu armada terbaru dari TransJakarta Busway. Bus yang diimpor langsung
dari RRC ini bermerek ZhongTong Bus. Bus ini menggendong mesin berkapasitas
12.000 cc dan mempunyai power hingga
300 HP. Ini adalah kedua kalinya BLU mengimpor bus CBU dari RRC. Sebelumnya,
BLU pernah mengimpor bus bermerek Huanghai, juga dari RRC. Sebenarnya,
keputusan BLU ini ditentang banyak pihak. Karena, ditakutkan apabila melihat
prinsip kanibalisme suku cadang yang diterapkan operator bus Huanghai sekarang,
bus ZhongTong ini juga dikhawatirkan akan mengalami hal yang sama.
ZhongTong Bus |
Memasuki
kabin ZhongTong, saya disambut oleh tiupan AC yang cukup dingin, tetapi tidak
sampai membuat saya menggigil kedinginan. Benar-benar masih terasa seperti “fresh from the oven”, seperti banyak
orang bilang. Kursi di bus ZhongTong ini relatif lebih empuk dari kursi bus
lainnya, walaupun belum bisa menyaingi keempukan kursi bus JET. Untuk penumpang
yang berdiri juga cukup nyaman, dengan dilengkapi handgrip yang hilang di unit bus BMP dan TMB. Sayangnya, ruang
untuk penumpang berdiri terbilang sempit, terlihat dari aisle yang hanya cukup untuk 1 orang berdiri, tidak bisa untuk 2
orang berdiri berdampingan.
Tidak
terasa, bus sudah memasuki area halte Harmoni Central Busway. Saya berjalan
menuju area depan bus, ternyata bus ini memakai teknologi dual zone air conditioning. Hal ini terlihat dari monitor suhu yang
menampilkan angka yang berbeda di area depan dan area belakang. Semoga ini
bukan peraturan BLU yang menguntungkan para wanita yang berada di area depan.
Setelah
sampai di Harmoni Central Busway, saya memutuskan untuk mencoba bus ZhongTong
ini sekali lagi. Akhirnya, saya mengantre lagi di arah Blok M. Mungkin
terdengar konyol, tapi begitulah adanya. Terlihat DAMRI 5052 sedang memutar
kepala. Saya masuk dan kali ini saya sengaja untuk mencoba posisi berdiri. Saya
berdiri di aisle namun masih
terbilang dekat dengan pintu belakang bus. Ternyata benar, posisi untuk berdiri
sangat sempit. Padahal, postur tubuh saya terbilang kecil. Ini yang harus
diperhatikan oleh BLU kedepannya. Dan saya juga baru menyadari disini, suara
mesin terbilang cukup hening di dalam kabin. Sangat berbeda bila dibandingkan
dengan bus Komodo milik Lorena atau Inobus milik Damri. Bisa jadi, peredam
suaranya yang bagus atau memang mesinnya yang hening.
Perjalanan
juga lancar sampai di halte Bendungan Hilir. Akhirnya, saya turun untuk
melanjutkan perjalanan ke rumah. Setelah menyeberangi jembatan transit yang
sepertinya terpanjang di semua koridor, sampailah saya di halte Semanggi.
Menunggu sekitar 20 menit, terlihat TMB 03 mendekat dari arah Pluit. Syukurlah,
walaupun menunggu lama ternyata bus terlihat kosong. Iseng, saya bertanya ke
satgas yang ada di bus, mengapa headway
atau jarak antar bus sangat jauh? Ternyata, di Pluit tadi bus ini sempat
ditahan oleh pengendali agar tidak jalan dulu. Sebenarnya, itu trik BLU untuk
mengurangi pembayaran ke operator. Saat jalur terbilang kondusif dan lancar,
bus biasanya dilepas 10 menit sekali. Saat jalur sudah terbilang ramai, barulah
bus dilepas setiap 5 menit. Mengapa? Karena apabila jalanan lancar, otomatis
waktu tempuh berkurang. Sehingga, bus bisa dengan cepat memutar kepala di halte
akhir untuk kembali ke halte awal dan menambah pendapatan operator. Perlu
diketahui, operator bus TransJakarta dibayar berdasarkan jarak yang ditempuh
per hari. Jadi, makin banyak bus berjalan, makin besar pendapatan operator.
Singkat
kata, akhirnya setelah sekitar 1 jam perjalanan dari Semanggi, bus mulai
memasuki halte Taman Mini Garuda. Saya mengakhiri perjalanan hari ini bersama
TransJakarta. Sampai jumpa di laporan mengenai TransJakarta lainnya!
With my best personal regard,
Mr. Glass
All right reserved =)
All right reserved =)
No comments:
Post a Comment
Ehm, sudah tahu aturan komentar yang baik dan benar kan?