Hari yang baru telah tiba. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi
nanti dan esok. Mentari bersinar cerah hari ini. Embun pagi menyambut
hari baru bagi aureliana bersaudara. Melody, Ve, Cleo, Shania, Sonya,
Ochi, dan Nabilah memulai hari baru seperti biasa. Penuh semangat, kerja
keras, doa, dan senyuman. Tapi tidak untuk Stella. Ia yang menyadari
bahwa waktunya bersama keluarga itu sudah hampir habis. Maka ia mulai
bersikap aneh dan membingungkan saudaranya yang lain, begitu juga orang
tua tirinya.
“Ayo Stell, kita berangkat. Nanti keburu telat sekolahnya.” Ajak Melody.
Saudara Stella yang lain juga menunggunya. Tapi Stella tidak menganggap hal itu.
“Udah, kalian berangkat duluan aja. Aku masih ada urusan bentar.” Jawab Stella sedikit membentak.
Melody, Ve, Cleo, Shania, Ochi, Sonya dan Nabilah kaget dengan aksen
bicara Stella barusan. Itu tidak seperti Stella yang mereka kenal. Itu
sangat berbeda. Mereka pun kunjung berangkat dan meninggalkan Stella.
Ditengah perjalanan..
“Kak, kak Stella kenapa sih? Kok sifatnya sekarang rada aneh gitu?” Tanya Nabilah.
“Iya nih, biasanya dia kan ramah dan baik sama kita semua. Sekarang tiba-tiba kok jadi galak banget sama kita..” tambah Sonya.
“Mungkin
Stella lagi ada masalah pribadi, jadi dia kayak gitu. Nggak lama lagi
dia pasti seperti biasanya lagi.” Jawab Melody sambil memikirkan
sesuatu.
“Kalau memang iya, kenapa nggak cerita ke kita Mel? Kita kan
pasti juga bantu. Biasanya aja kalau ada masalah pada sharing kan? Dan
kita semua juga saling bantu..” Tanya Ve.
“Nggak tahu juga Ve. Aku nggak tahu..” jawab Melody lagi.
“Udah deh, nggak usah pada negative thinking gitu sama Stella. Dia pasti baik-baik aja.” Tambah Cleo.
Ochi,
dan Shania hanya terdiam. Mereka masih memikirkan apa yang terjadi pada
kakaknya itu. Mereka semua sangat merasakan perbedaan pada diri Stella,
meskipun itu hanya seucap kata, mereka merasakannya.
(*)
Melody,
Ve, Cleo, Shania, Ochi, Sonya dan Nabilah sudah sampai ke sekolahnya
masing-masing. Namun Stella masih didalam perjalanan. Ia mengayunkan
sepeda agak cepat agar tidak terlambat.
Sesampainya di sekolah, ia
langsung masuk kelas. Tidak seperti biasanya dimana ia duduk di depan
kelas dan mendengarkan music sebelum masuk ke kelas. Melody, Cleo, dan
Ve, mencoba mengajak Stella berbicara.
“Kamu kenapa sih Stell? Kok sifatmu hari ini agak aneh? Nggak kayak biasanya..” Tanya Ve.
Stella hanya diam. Ia pura-pura membaca buku dan tidak mendengarkan apa yang Ve katakan.
“Kok malah diem? Jawab Stell, kamu lagi punya masalah yaa? Cerita dong ke kita, kita akan bantuin kamu..” tambah Cleo.
Melody
terdiam sedih melihat kelakuan Stella yang seperti itu. Ia merasa
kehilangan sosok Stella yang dulu. Melody paling dekat dengan Stella.
Mereka paling lama bersama sejak kecil, menjaga adik-adik yang lain.
Tapi kini Stella berubah.
“Eh, Ve, ini cerita novelnya bagus loh. Aku udah baca dua kali nggak bosen-bosen.” Ucap Stella mengalihkan pembicaraan.
“Jangan
mengalihkan pembicaraan Stell, kamu belum jawab pertanyaanku tadi. Apa
yang terjadi ma kamu? Kamu sekarang aneh nggak kayak biasanya..” Tanya
Ve lagi.
“Aneh kenapa hah? Aku emang kayak gini. Ini aku, kamu nggak
berhak atur aku. Kamu punya hidupmu sendiri, dan aku juga punya hidupku
sendiri. So, saling nikmatin kehidupan masing-masing ajalah, nggak usah
campurin urusan orang..” jawab Stella membentak.
Ve, Cleo, dan Melody
kaget. Mereka tidak menyangka akan apa yang baru saja dikatakan Stella.
Apa yang sedang merasuki Stella? Pikir mereka bertiga.
Bell masuk
berbunyi. Cleo, Ve, dan Melody masuk ke kelasnya masing-masing. Mereka
semua memulai pelajaran seperti biasa. Yang berbeda hanyalah beban
pikiran akan apa yang sedang terjadi pada Stella. Hal itu juga
menyelimuti pikiran Shania, Sonya, Ochi, dan Nabilah. Sebagai seorang
saudara, mereka khawatir.
Entah kenapa, hari ini terasa lebih cepat
dari hari biasanya. Tidak terasa bell pulang sudah berbunyi. Seperti
biasanya, aureliana bersaudara itu saling menunggu satu sama lain.
“Kak Imel, kak Stella mana? Kok belum keluar?” Tanya Ochi.
“Nggak tahu nih Chi, tadi aku ke kelasnya juga udah nggak ada.” Jawab Melody.
“Apa dia udah pulang duluan ya Mel?” Tanya Cleo.
“Ah, nggak mungkin. Orang bell kita aja bareng kok, masa dia bisa duluan dari pada kita.” Ucap Ve dengan sangat yakin.
“Mending kita masuk aja yuk, kita cari kak Stella. Siapa tahu masih ada didalam.” Ajak Shania kepada semua.
Mereka
semua akhirnya masuk ke sekolah. Mereka mencari Stella diseluruh
lingkungan sekolah, begitu juga ke kelasnya, tapi Stella tidak ada
disana. Mereka bertanya pada penjaga sekolah, tapi penjaga sekolah
bilang kalau semua murid sudah pulang hanya guru dan karyawan yang
tersisa.
Akhirnya mereka semua pulang ke rumah tanpa Stella. Dan ternyata..
“Kak,
kok udah pulang sih? Kita dari tadi nungguin kakak didepan sekolah,
kakak nggak ada. Kita nyariin kakak ke sekolah, juga nggak ada. Ternyata
udah dirumah. Kita capek kak nungguin sama nyariin kakak. Nggak tahunya
kakak malah santai nonton tv dirumah.” Terang Nabilah panjang lebar.
“Iya
kak, kenapa nggak nungguin kita sih? Tahu kalau kakak udah pulang kan
kita nggak usah nyari dan nungguin kakak tadi..” tambah Sonya.
“Emang
aku tadi minta buat ditunggu ya? Salah siapa nungguin dan nyariin aku?
Aku aja nggak minta, berarti itu salah kalian sendiri kan?” jawab
Stella.
“Cukup! Kamu kenapa Stell? Hari ini kamu nggak kayak
biasanya, kamu berubah drastis. Kamu nggak ngehargain kita lagi sebagai
saudaramu yang dari kecil sama kamu. Kamu..”
Belum selesai Melody berbicara, Stella memotong pembicaraan.
“Dulu
ya dulu Mel, sekarang ya sekarang! Kalau nengok ke masa lalu
terus-terusan, kita nggak akan bisa tahu masa depan. Setiap orang bisa
berubah. Apa yang terjadi dulu itu bisa berbeda sama yang akan terjadi
besok..” ucap Stella sambil lalu dan berjalan menuju taman..
Mendengarkan
hal itu, Melody sakit hati. Saudara terdekatnya kini tidak lagi seperti
dulu. Ve, Cleo, Sonya, Shania, Ochi, dan Nabilah juga merasakan hal
yang sama. Mereka sedih, sangat sedih. Apa besok Stella juga akan
begitu? Tidak satu pun dari mereka berani memastikan tidak.
Sudah
hampir dua minggu Stella tidak seperti biasanya, tapi saudara lainnya
tetap peduli padanya. Namun Stella tidak memperdulikan hal itu. Ia tetap
seperti hari kemarin, mudah marah, cuek, dan tidak perhatian.
Malam
telah tiba. Semua bersiap untuk menghadiri acara nikahan tetangga. Ayah,
dan Bunda sudah siap. Hanya tinggal aureliana bersaudara yang belum.
Melody, Ve, dan Cleo sedang berdandan di meja rias masing-masing.
Shania, Ochi, dan Nabilah sedang mengenakan gaun. Sementara Sonya sedang
memilih mana gaun yang akan digunakan.
“Kak Stella, aku pakai gaun ini bagus nggak?” Sonya meminta pendapat.
“Kamu
pakai baju mana aja tetep sama. Mau pakai yang merah, pink, atau biru,
kamu ya tetep kayak gitu. Nggak berubah..” ucap Stella yang membuat hati
Sonya menjadi sedih.
“Hhehhe, gitu ya kak? Aku pakai yang merah aja
deh. Soalnya baru dibeliin Bunda kemarin. Ngomong-ngomong, kakak nggak
ikut?” Tanya sonya lagi.
“Nggak, ngapain. Lagian aku juga masih ada tugas yang lebih penting.” Ucap Stella cuek.
Saudara lain yang mendengar percakapan itu merasa kasihan pada Sonya. Tapi mau bagaimana lagi, itulah Stella yang sekarang.
“Kita berangkat dulu ya Stell, kamu hati-hati dirumah sendirian.” Ucap Melody.
“Hmmm.” Jawab Stella sangat singkat.
Mereka
sekeluarga akhirnya berangkat ke acara nikahan itu tanpa Stella.
Tempatnya tidak jauh dari rumah mereka, hanya berjarak satu rumah dari
rumah mereka, karena itu mereka hanya berjalan kaki saja.
(*)
Acara
selesai, mereka semua pulang ke rumah. Dirumah, Stella sudah tertidur
pulas di kasurnya. Mereka lantas mencuci kaki dan tidur, begitu juga
dengan Ayah dan Bunda.
Hari sabtu tiba. Semua bersiap untuk ke
sekolah. Dan seperti kemarin, Stella tidak berangkat ke sekolah bersama
saudaranya. Stella kini cenderung jadi pendiam kepada semua saudaranya.
Tapi ia tetap dekat dengan Ayah dan Bundanya disana. Hari ini Ochi
mengikuti lomba renang antar sekolah. Melody, Cleo, Ve, Sonya, Shania,
dan Nabilah ikut datang.
Lomba dimulai. Lombanya adalah renang gaya
bebas, siapa yang paling cepat kembali ke tempat start, dialah
pemenangnya. Para peserta bersiap dan mulai loncat berenang di kolam
renang. Semua peserta berenang dengan sangat cepat, termasuk Ochi. Dari
tempat duduk penonton, saudara-saudaranya memberikan dukungan untuk
Ochi. Ochi semakin bersemangat dan akhirnya ia memenangkan lomba itu.
Saudara-saudaranya bangga padanya, begitu juga teman-teman dan guru-guru
dari sekolahnya.
Ia menerima piala juara satu lomba renang itu
dengan senangnya. Tapi ditengah kesenangan itu, ia membayangkan kalau
dari bangku tempat duduk kakaknya Stella juga ikut mendukung. Tapi itu
hanyalah asumsinya saja.
Setelah itu, Ochi pun ke kamar mandi untuk
mandi dan mengganti pakaian renangnya. Saat mandi, ia ingat bahwa ia
ternyata lupa membawa handuknya. Ia sempat kebingungan, tidak mungkin
jika ia berteriak meminta handuk kepada saudara-saudaranya yang sedang
menunggunya karena tempatnya agak jauh. Sementara handuknya ada didekat
wastafel dikamar mandi. Ochi memberanikan diri untuk keluar dari kamar
mandi dan menuju ke tempat dimana tasnya berada. Tapi ketika ia membuka
pintu, ia terkejut karena tasnya ternyata sudah ada didepan kamar
mandinya dan handuknya sudah ada diatas tas situ.
“Siapa yang naruh ini disini ya? Terima kasih banget pokoknya buat orang yang naruh ini disini. Aku ketolong..” batin Ochi.
(*)
Mereka
semua akhirnya pulang ke rumah. Mereka berencana untuk bermain ke bukit
setelah makan siang dirumah. Mereka ingin menikmati udara sejuk di
bukit dan bernyanyi bersama-sama disana karena sudah lama mereka tidak
bermain bersama disana.
“Yuk kita berangkat!” ajak Ve.
“Eh, apa kak Stella nggak diajak juga? Siapa tahu kali ini dia mau ikut? Kan udah lama juga dia nggak kesana.” Saran Shania.
“Alah, palingan kak Stella juga nolak. Udah ayo langsung berangkat aja..” jawab Ochi.
“Iyaa yuk, langsung berangkat aja. Ntar kalau dia mau, pasti nyusul sendiri.” Tambah Cleo.
“Yaudah, kalian berangkat dulu aja. Biar aku yang ajak dia, siapa tahu mau.” Kata Melody.
“Iya kak, kita semua berangkat ya duluan ya. Janji ya kak, datang bareng kak Stella..” ucap Nabilah.
Mereka
semua akhirnya berangkat. Melody masuk kamar untuk mengajak Stella ke
bukit, tapi Stella tidak mau sama sekali. Bahkan ia tidak ingin kesana.
Melody pun akhirnya berangkat sendirian. Janjinya pada semua saudaranya
tidak bisa ditepati. Saudara-saudaranya juga sudah menduga kalau Stella
tidak akan mau, maka mereka tidak menyalahkan Melody. Dibukit mereka
bercanda dan menyanyikan lagu kesukaan mereka.
Bersama kita kan berdiri hadapi cobaan dan lalui semua..
Tak akan pernah ditinggalkan dirimu sendiri..
Bersama semua kesedihan yang ada..
Mereka bernyanyi sambil menangis mengingat perubahan yang terjadi
pada Stella. Mereka sangat sedih, dan mereka menatap langit biru yang
indah sambil mengingat masa-masa dimana mereka semua bersama tanpa ada
satupun yang ditinggalkan..
Sementara itu, dirumah..
“Bunda, bantuin Stella ya? Mau kan?” pinta Stella.
“Bantu apa nak? Bunda pasti bantuin kamu.” Jawab Bunda sambil tersenyum.
“Terima kasih Bunda..” ucap Stella.
Tak
lama kemudian, Melody, Ve, Cleo, Shania, Sonya, Ochi dan Nabilah pulang
dari bukit. Bunda menyambut mereka sambil memberikan lumpia khas
semarang yang telah dibuat. Mereka semua sangat senang dan memakannya
lahap. Melody teringat pada Stella. Ia tahu kalau Stella sangat suka
lumpia khas semarang, maka ia mencoba memberikannya di kamar. Saat
Melody masuk, Stella kaget karena sangat tiba-tiba. Stella langsung
membersihkan mulutnya.
“Kenapa Mel? Masuk kamar kok tiba-tiba banget, bikin kaget aja!” ucap Stella.
“Maaf
Stell. Eh, Stell, mau lumpia nggak? Ini khas semarang loh, kamu suka
kan?” ucap Melody dengan sangat ramah dan berharap Stella mau.
“Nggak ah, nggak mau aku. Aku masih kenyang. Nanti ajalah..” jawab Stella.
“Yaudah, aku simpen buat kamu nanti ya. Aku taruh di meja makan..” ucap Melody.
Stella
hanya diam. Melody keluar kamar dengan perasaan yang kembali sedih.
Bahkan hal yang sangat disukai oleh Stella pun kini tidak bisa
membuatnya berubah pikiran. Tapi dibalik semua itu, ternyata Stella
sudah menyimpan sendiri lumpia untuk dia makan. Dan apa yang ia katakan
pada Melody tadi adalah kebohongan. Stella menangis dan sedih karena
selama ini ia telah berlaku buruk pada saudaranya disini. Lalu apa yang
selama ini dilakukan Stella juga merupakan kebohongan semata? Untuk apa
Stella melakukan hal itu? Hanya Stella yang tahu.
Namun, walau begitu
arti sebuah keluarga bagi Stella masih melekat disini. Semua peduli
padanya walaupun ia jahat pada mereka. Semua sayang, walaupun Stella
berlaku buruk pada mereka. Itulah arti sebuah keluarga bagi Stella yang
sesungguhnya..
~ To Be Continued ~
Nih, yang mau kenalan sama penulisnya.. =))
Twitter : Hilman Farizan
Jangan lupa, visit blog-nya juga ya di Relatable 48 :))
No comments:
Post a Comment
Ehm, sudah tahu aturan komentar yang baik dan benar kan?